Saat ini komputasi awan (Cloud Computing) sudah menjadi topik hangat pembicaraan di bidang teknologi. Paling tidak kita mungkin sudah melihat banyak orang yang membahasnya melalui media massa. Para peneliti di bidang ini mengatakan bahwa komputasi awan adalah pilihan logis untuk perkembangan komputer online di masa depan. Meskipun sulit untuk memprediksi masa depan, komputasi awan telah dikembangkan oleh proyek infrastruktur di Laboratorium Nasional Argonne, bernama Nimbus, yang menunjukkan bahwa potensi komputasi awan sudah mulai direalisasikan sekarang. Proyek ini lah yang akan menjadi cikal bakal era komputasi awan.
Sebenarnya apa definisi yang tepat untuk komputasi awan? Ada berbagai definisi, tetapi komputasi awan pada dasarnya adalah satu bentuk pendistribusian data yang memungkinkan pengguna makin meningkatkan kemampuan untuk menyerap begitu banyak sumber daya jaringan komputer melalui internet untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Misalnya, jika seseorang ingin menganalisa pola lalu lintas jalan raya di sebuah negara, mereka dapat meng-upload dan menyimpan data ke dalam 'awan' berupa jaringan komputer yang memiliki banyak server data dan kemudian mempresentasikan hasilnya yang merupakan olahan data dari satu jaringan raksasa.
"Cloud Computing" secara sederhana dapat didefinisikan adalah "layanan teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet atau bias juga ". Kata-kata "Cloud" sendiri merujuk kepada simbol awan yang di dunia TI digunakan untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud). Namun tidak semua layanan yang ada di internet bisa dikategorikan sebagai Cloud Computing, ada setidaknya beberapa syarat yang harus dipenuhi :
1. Layanan bersifat "On Demand", pengguna dapat berlangganan hanya yang dia butuhkan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka gunakan saja. Misalkan sebuah sebuah internet service provider menyediakan 5 macam pilihan atau paket-paket internet dan user hanya mengambil 1 paket internet maka user hanya membayar paket yang diambil saja.
2. Layanan bersifat elastis/scalable, di mana pengguna bisa menambah atau mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan saja dan sistem selalu bisa mengakomodasi perubahan tersebut. Misalkan user berlangganan internet pada yang bandwitchnya 512Kb/s lalu ingin menambahkan kecepatannya menjadi 512Kb/s kemudian user menelpon costumer service meminta untuk penambahan bandwitch lalu customer service merespon dengan mengubah bandwitc menjadi 1Mb/s.
3. Layanan sepenuhnya dikelola oleh penyedia/provider, yang dibutuhkan oleh pengguna hanyalah komputer personal/notebook ditambah koneksi internet.
Dari sisi jenis layanan tersendiri, Cloud Computing, terbagi dalam 3 jenis layanan, yaitu : Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS).
Software as a Service
Software as a Service yaitu SaaS ini merupakan layanan Cloud Computing yang paling dahulu populer. Software as a Service ini merupakan evolusi lebih lanjut dari konsep ASP (Application Service Provider). Sesuai namanya, SaaS memberikan kemudahan bagi pengguna untuk bisa memanfaatkan sumberdaya perangkat lunak dengan cara berlangganan.
Platform as a Service (PaaS)
Platform as a Service (PaaS) yaitu Seperti namanya, PaaS adalah layanan yang menyediakan modul-modul siap pakai yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah aplikasi, yang tentu saja hanya bisa berjalan diatas platform tersebut. Seperti juga layanan SaaS, pengguna PaaS tidak memiliki kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memory, media penyimpanan, processing power dan lain-lain, yang semuanya diatur oleh provider layanan ini.
Infrastructure as a Service (IaaS)
Infrastructure as a Service (IaaS) yaitu IaaS terletak satu level lebih rendah dibanding PaaS. Ini adalah sebuah layanan yang "menyewakan" sumberdaya teknologi informasi dasar, yang meliputi media penyimpanan, processing power, memory, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan oleh penyewa untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya.
Mengapa menggunakan phrase 'awan'? Beberapa sumber percaya bahwa istilah tersebut merupakan penggambaran pada system jaringan telepon pada abad 20. Kate Keahey, pemimpin proyek Nimbus di Argonne itu, mengatakan bahwa phrase tersebut diciptakan ketika peneliti mencoba untuk memvisualisasikan jenis komputasi di papan tulis dan membuat symbol-simbol yang menggambarkan berbagai komponen dalam jaringan internet yang akan melakukan proses komputasi. Saat melihat bahwa coretan-coretan yang ada pada papan tulis tersebut mirip menyerupai gambar awan, para peneliti itu pun menjadi lebih suka mengatakan bahwa data akan di kirim 'ke atas awan' untuk diproses.
Jika semua ulasan diatas seperti terasa sudah familiar, mungkin karena kita pernah mendengar konsep ini sebelumnya. Pada dekade sebelumnya kita sudah mengenal dan menggunakan apa yang disebut komputasi grid, cara lain yang digunakan dalam pendistribusian data oleh pengguna untuk memperoleh olahan data melalui jaringan komputer guna memenuhi kebutuhan data pada pekerjaan mereka. Dan Keahey pun mengatakan bahwa komputasi awan merupakan evolusi dari komputasi grid, dengan beberapa perbedaan penting. Pada komputasi grid, data yang dikirim ke batch scheduler, yang menempatkan data dalam antrian yang spesifik untuk mengatur sumber daya dari komputer, misalnya pada supercomputer, untuk proses selanjutnya. "Ini berarti kita tidak memiliki kontrol saat data sedang diproses," ujar Keahey. Kita mungkin harus menunggu selama beberapa hari sebelum data tersebut dipanggil kembali.
Di sisi lain, komputasi awan bisa dengan sangat efektif menekan ukuran data pada saat pendistribusian. Banyak dari platform komputasi awan memungkinkan pengguna untuk mengetahui kapasitas komputasi yang tersedia dari awan, sehingga pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Pengguna juga dapat mengkonfigurasi sebuah 'mesin virtual' yang ada di dalam awan untuk memenuhi kebutuhan dari pekerjaan mereka untuk diselesaikan dengan sebaik mungkin. Saat pengguna telah mengkonfigurasi jenis mesin virtual yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka, mereka bisa segera mengakses berbagai penyedia layanan dan membuat system komputasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang mereka lakukan.
Nimbus adalah contoh dari sebuah system yang adaptable. Keahey beserta tim-nya mengembangkan open source infrastruktur komputasi awan untuk memungkinkan para ilmuwan yang bekerja menggunakan data-proyek penelitian pada mesin virtual dari penyedia layanan komputasi awan selular. Nimbus juga memungkinkan pengguna untuk membuat beberapa virtual mesin untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu yang dapat digunakan di seluruh jaringan dan masih bekerja sama secara erat satu sama lain. Fleksibilitas ini memungkinkan pengguna untuk mengkonfigurasi mesin virtual, kemudian menghubungkannya ke sumber daya jaringan.
Cukup mudah untuk membuat sendiri mesin virtual. "Dengan Nimbus, virtual klaster dapat segera online dalam hitungan menit," ujar Keahey. Keahey dan tim-nya sekarang bekerjasama dengan CERN di Eropa untuk memproses data yang dihasilkan oleh percobaan fisika yang dilakukan di sana. Keahey dan orang-orang lain-lain yang bekerja dalam bidang ini percaya bahwa penggunaan custom crafted mesin virtual ada relatif mudah untuk mengkonfigurasi pada komputasi awan dan akan menangani lebih banyak pekerjaan komputasi di masa mendatang.
Referensi :
Riding the Wave: Strategi Andal: Menaklukkan Industri Software Oleh Teguh S. Pamudi
0 comments:
Posting Komentar